Memulai bisnis catering memang menggiurkan. Siapa sih yang gak tertarik dengan peluang usaha yang satu ini? Permintaan pasar selalu ada, karena semua orang butuh makan. Tapi jangan salah, di balik kilau menggiurkannya, ada beberapa resiko bisnis catering yang perlu kamu perhatikan sebelum terjun ke bisnis ini. Yuk, kita bahas apa saja kelemahan usaha catering yang bisa jadi bumerang kalau gak diantisipasi dengan baik.
Pengertian Bisnis Catering dan Potensinya
Bisnis catering adalah usaha penyediaan makanan dalam jumlah besar untuk berbagai acara seperti pernikahan, seminar, arisan, atau kebutuhan harian seperti catering kantor dan sekolah. Usaha ini punya potensi keuntungan yang menjanjikan, terutama bagi kamu yang jago masak dan punya kemampuan manajemen yang baik.
Meski begitu, seperti bisnis lainnya, usaha catering juga punya sisi gelap yang sering bikin pelaku bisnis mengerutkan dahi. Sekarang, mari kita kupas tuntas ketujuh resiko yang kerap mengintai para pengusaha catering.
7 Resiko Utama dalam Bisnis Catering
1. Fluktuasi Harga Bahan Baku
Naik turunnya harga bahan makanan itu kayak roller coaster yang bikin pusing kepala! Kadang harga cabe bisa tiba-tiba meroket, atau daging ayam yang mendadak naik karena wabah penyakit. Ini jadi masalah serius karena kamu udah terlanjur pasang harga tetap ke pelanggan.
“Seminggu lalu masih 20 ribu per kilo, sekarang udah 35 ribu aja. Padahal kontrak harga sama customer sudah fixed,” keluh Mba Tina, pengusaha catering yang sudah 5 tahun berkecimpung di bisnis ini.
2. Persaingan Pasar yang Ketat
Bisnis catering itu barrier to entry-nya rendah banget. Siapa pun yang bisa masak, punya modal dikit, dan punya koneksi bisa masuk ke industri ini. Akibatnya, persaingan jadi sangat ketat dan sering memicu perang harga yang tidak sehat.
Di tengah persaingan ini, mempertahankan kualitas sambil tetap menawarkan harga kompetitif jadi tantangan tersendiri. Berdasarkan survei dari Asosiasi Pengusaha Katering Indonesia, lebih dari 30% usaha catering gulung tikar dalam dua tahun pertama mereka beroperasi karena kalah saing.
BACA JUGA : Cara Mendapatkan Modal Usaha Catering
3. Masalah Pengelolaan Stok dan Food Waste
Mengelola stok bahan makanan itu seperti berjalan di atas tali. Terlalu banyak stok bisa mengakibatkan bahan makanan rusak dan terbuang. Terlalu sedikit stok bisa bikin kamu kelabakan saat ada pesanan mendadak.
Food waste juga jadi masalah serius dalam bisnis ini. Menurut penelitian dari Food and Agriculture Organization, hampir 30% makanan yang diproduksi oleh jasa catering terbuang sia-sia. Sayang banget kan kalau udah susah-susah masak, eh malah gak dimakan?
4. Kendala Logistik dan Pengiriman
Bayangkan kamu sudah memasak 100 porsi makanan yang enak, tapi saat pengiriman terjadi macet parah. Atau kendaraan pengantarmu mogok di tengah jalan. Belum lagi risiko makanan tumpah atau rusak selama pengiriman.
“Pernah sekali waktu lagi nganter pesanan buat acara nikahan, tiba-tiba hujan deres banget dan banjir. Telat 2 jam dan makanan jadi gak optimal pas disajikan. Malu banget rasanya,” cerita Pak Budi, pemilik Budi Catering.
5. Risiko Keamanan Pangan
Keamanan pangan adalah hal yang tidak bisa ditawar dalam bisnis catering. Satu kasus keracunan makanan bisa langsung menghancurkan reputasi bisnismu yang sudah dibangun bertahun-tahun.
Mulai dari pemilihan bahan, proses memasak, penyimpanan, hingga penyajian, semuanya harus memperhatikan aspek keamanan dan higienitas. Risiko ini makin besar kalau kamu punya banyak karyawan yang terlibat dalam proses produksi.
6. Ketidakstabilan Jumlah Pesanan
Bisnis catering itu sifatnya musiman. Ada kalanya pesanan membludak sampai kamu kewalahan, tapi ada juga masa-masa sepi yang bikin kamu gigit jari. Misalnya, catering untuk acara pernikahan akan ramai di bulan-bulan tertentu yang dianggap baik, tapi sepi di bulan lainnya.
Ketidakstabilan ini bisa mempengaruhi cash flow dan membuat perencanaan bisnis jadi lebih sulit. Belum lagi kalau tiba-tiba ada pembatalan pesanan mendadak yang sudah terlanjur kamu persiapkan.
7. Tantangan SDM dan Tenaga Kerja
Menemukan koki dan tenaga kerja yang handal, rajin, dan loyal itu gak gampang. Tingkat turnover di industri F&B termasuk tinggi, dan melatih karyawan baru untuk konsisten dengan standar kualitas membutuhkan waktu dan biaya.
“Susahnya itu kalau udah nemu karyawan yang cocok, eh tiba-tiba dia dapat tawaran kerja lain dengan gaji lebih tinggi,” ungkap Mba Dina, pemilik Diana Catering.
Cara Meminimalisir Kelemahan Usaha Catering
Meskipun ada banyak resiko bisnis catering, bukan berarti kamu harus mundur sebelum berperang. Berikut beberapa tips untuk meminimalisir kelemahan usaha catering:
- Lakukan riset pasar yang komprehensif – Pahami kompetitor, harga pasar, dan apa yang pelanggan cari.
- Kelola keuangan dengan bijak – Pisahkan antara keuangan pribadi dengan bisnis, dan selalu siapkan dana darurat.
- Jalin kerjasama dengan supplier terpercaya – Dengan begini, kamu bisa mendapatkan harga yang lebih stabil dan pasokan yang terjamin.
- Buat sistem pengelolaan stok yang efisien – Gunakan metode FIFO (First In First Out) untuk bahan makanan.
- Investasikan pada pelatihan karyawan – Karyawan yang terlatih dengan baik akan menghasilkan produk yang konsisten dan mengurangi risiko keamanan pangan.
- Diversifikasi layanan – Tidak hanya fokus pada satu jenis catering, tapi beranikan diri untuk ekspansi ke area lain.
Kesimpulan
Menjalankan bisnis catering memang penuh tantangan dan resiko. Fluktuasi harga bahan baku, persaingan ketat, masalah pengelolaan stok, kendala logistik, risiko keamanan pangan, ketidakstabilan jumlah pesanan, dan tantangan SDM adalah tujuh resiko utama yang perlu kamu waspadai.
Namun dengan persiapan matang, strategi bisnis yang tepat, dan kemauan untuk terus belajar dan beradaptasi, resiko-resiko ini bisa diminimalisir. Ingat, dalam setiap resiko selalu ada peluang, dan setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
Jadi, apakah kamu masih tertarik untuk terjun ke bisnis catering? Jika ya, siapkan dirimu menghadapi tantangan-tantangan di atas, dan raih kesuksesan di industri yang tak pernah mati ini!